sumber : http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2009/08/12/bedah-buku-nirmana-dasar-dasar-seni-dan-desain/
Catatan Kecil untuk Buku Nirmana dan Sang Nirmaner:
IMAJINASI 'KOMPOSER' KOMUNIKASI VISUAL
oleh : Sumbo Tinarbuko
01. Saya ucapkan selamat untuk dosen dan senior saya: Drs. Sadjiman E. Sanyoto yang berhasil meyakinkan pihak penerbit Jalasutra, sehingga naskah buku 'Nirmana, Dasar-dasar Seni dan Desain' dapat diterbitkan dan menjadi sumbangan yang tiada tara bagi berjalannya proses belajar mengajar mata kuliah Nirmana. Berikutnya, buku tersebut layak menjadi referensi ilmiah yang dapat digunakan oleh siapa pun, kapan pun, di mana pun yang senantiasa bergelut di ranah senirupa dan desain, khususnya desain komunikasi visual.
02. Buku 'Nirmana, Dasar-dasar Seni dan Desain' yang terdiri dari 7 bab dan 295 halaman ini, menurut sang penulisnya, menitikberatkan pada analisis senirupa dan desain. Terdiri dari: bentuk, raut, ukuran, arah, warna, value, tekstur dan ruang. Semuanya diulas secara mendetail. Keadaannya diposisikan sebagai bahan dan bahasa untuk merupa.
03. Di dalam buku 'Nirmana, Dasar-dasar Seni dan Desain' ini, juga diperbincangkan perihal prinsip dasar tatarupa, berupa: irama atau keselarasan, dominasi, kesatuan, keseimbangan, proporsi alias keserasian. Prinsip dasar tatarupa tersebut dimanfaatkan sebagai metode menata elemen senirupa dan desain guna memeroleh karya seni dan desain yang berseni tinggi.
04. Pembahasan unsur tatarupa menggunakan metode interval tangga rupa. "Ini merupakan metode yang paling mudah dipahami dan dilakukan siapa saja," jelas Sadjiman. Sehingga, lanjutannya kemudian, "bila selama ini ada anggapan bahwa seni atau desain hanya bisa dilakukan oleh seniman dan desainer saja, maka dengan metode ini, seni dan desain dengan mudah dapat dipahami dan dilakukan oleh siapa pun. Bahkan oleh seorang awam sekalipun.
05. Nirmana berjuang untuk mengimajinasikan sebuah bentuk ke dalam bentuk yang belum berbentuk. Sang nirmaner (orang yg bergelut dg nirmana) dituntut untuk mampu mengimajinasikan sebuah bentuk dan menginterpretasikannya menjadi beragam bentuk lainnya yang kaya makna. Oleh karenanya para nirmaner senantiasa bergerak di wilayah tanda dan makna dalam konteks tanda dan makna konotasi.
06. Nirmana mengajak kita untuk melakukan latihan-latihan mengorganisasikan tanda visual dengan mengedepankan aspek imajinasi yang dimiliki para nirmaner dan membebaskan dirinya dari pengalaman-pengalaman visual dan bentuk-bentuk visual yang sudah dimilikinya selama ini.
07. Untuk itu para nirmaner harus memiliki kepekaan (bukan kepekokan) terhadap kualitas tanda visual dan cara mengungkapkannya dalam berbagai bentuk visual yang dipilihnya. Selain itu, para nirmaner memiliki daya kreativitas yang tinggi guna mengatasi permasalahan beragam bentuk yang akan diinterpretasikannya.
08. Meski nirmana dipahami sebagai bentuk yang tidak berbentuk. Dalam konteks desain komunikasi visual, nirmana memegang peranan penting perihal bagaimana menata dan menyusun elemen dasar desain komunikasi visual. Peranan penting lainnya, di dalam nirmana mensyaratkan tatasusun dan tatakelola unsur desain komunikasi visual dalam sebuah perencanaan komposisi yang serasi dan seimbang di dalam setiap bagiannya.
09. Tanda visual yang telah disusun dengan mengedepankan konsep harmonisasi nirmana merupakan elemen dasar dalam membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Keberadaannya diyakini mampu memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik, persuasif dan komunikatif.
10. Dengan demikian, keberadaan nirmana dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab melalui perencanaan dan pemilihan tanda visual dalam perspektif nirmana yang tepat baik untuk ukuran, warna, dan bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal dan pesan visual karya desain komunikasi visual tersebut.
11. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir menguasai nirmana untuk dipergunakan menyampaikan informasi yang bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memosisikan dirinya menjadi "komposer" komunikasi visual yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target sasaran.
Dengan menjadi "komposer" komunikasi visual yang baik maka masyarakat luas tidak akan tejebak pada perkara-perkara atau kasus-kasus mengarah pada belantara perbedaan persepsi visual yang akan menimbulkan bencana miscommunication!
*)Sumbo Tinarbuko (http://sumbo.wordpress.com/),
Dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta.
Penulis | : Sadjiman Ebdi Sanyoto | |
Tahun Terbit | : 2009 | |
Cetakan Ke | : I | |
Kategori | : Desain | |
Divisi | : Jalasutra | |
Best Seller | : Tidak | |
Halaman | : 304 | |
Harga | : 64000 | |
Ukuran | : 15 x 21 cm | |
ISBN | : 978-602-8252-16-4 |
RESUME : Buku ini diperuntukkan bagi: Seniman, desainer, mahasiswa desain, mahasiswa seni, fotografer, perupa, lay-outer, penikmat seni, pembaca buku, redaktur penerbitan (majalah, jurnal, koran, buku), dan masyarakat umum. Bagi seorang seniman alam, mengikuti aturan dalam merancang sebuah karya seni sama halnya dengan mengikatkan diri dalam sebuah belenggu. Padahal, seni adalah wujud ekspresi yang bebas dan membebaskan. Lalu, apa pula perlunya kita belajar dan membaca buku yang berbicara aturan dasar seni (rupa) dan desain? http://www.jalasutra.com/bukudetil.php?id=170
Post a Comment
Silahkan meninggalkan komentar disini, yang sopan ya ! :)